Di tengah alam pegunungan yang sejuk dan budaya yang kaya di wilayah Kerinci dan Kota Sungai Penuh, Provinsi Jambi, terdapat sebuah tarian tradisional yang telah menjadi identitas masyarakat setempat selama berabad-abad: Tari Iyo-Iyo.
Tarian ini bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga sarana ungkapan rasa syukur, penghormatan kepada leluhur, serta wujud kebersamaan dalam masyarakat adat.
Tari Iyo-Iyo menjadi simbol kesatuan antara manusia, alam, dan roh leluhur. Di Sungai Penuh, tarian ini menjadi bagian penting dalam acara adat seperti Kenduri Sko dan pengangkatan Depati atau Ninik Mamak (pemimpin adat). Artikel ini akan mengulas secara lengkap pengertian, sejarah, nilai, hingga tantangan pelestarian Tari Iyo-Iyo di Sungai Penuh.
1. Pengertian Tari Iyo-Iyo

Secara umum, Tari Iyo-Iyo adalah tarian tradisional yang berasal dari masyarakat adat Kerinci, terutama di wilayah Sungai Penuh, Jambi. Kata “iyo-iyo” berasal dari bahasa daerah yang berarti “iya” atau “menyetujui”, melambangkan rasa setuju, penghormatan, serta penerimaan terhadap keputusan adat dan simbol persatuan masyarakat.
Tarian ini biasanya dibawakan oleh kelompok penari wanita yang disebut anak butino. Gerakannya lembut, berirama, dan dilakukan secara berulang dengan penuh makna. Iringan musik tradisional seperti gendang, gong, dan gumbe menambah kesakralan suasana.
Tari Iyo-Iyo juga diiringi dengan syair berulang “iyo-iyo”, yang dilantunkan oleh para penari atau penyanyi pengiring. Setiap gerakan dan lantunan memiliki filosofi tersendiri yang berkaitan dengan kehidupan, kebersamaan, dan rasa hormat terhadap leluhur.
2. Sejarah dan Latar Budaya Tari Iyo-Iyo di Sungai Penuh
Tari Iyo-Iyo lahir dari kehidupan masyarakat agraris di Kerinci dan Sungai Penuh. Pada awalnya, tarian ini muncul sebagai bagian dari ritual panen raya, yaitu ungkapan rasa syukur kepada Tuhan dan leluhur atas hasil bumi yang melimpah.
Seiring perkembangan waktu, fungsi Tari Iyo-Iyo meluas menjadi bagian dari upacara adat besar seperti pengangkatan pemimpin adat (Depati atau Ninik Mamak), perayaan Kenduri Sko, dan penyambutan tamu kehormatan.
Tarian ini diyakini telah ada sejak masa kerajaan-kerajaan kecil di dataran tinggi Kerinci. Pada masa itu, setiap kegiatan adat yang sakral selalu diiringi tarian sebagai simbol penghormatan dan rasa syukur. Maka dari itu, Tari Iyo-Iyo menjadi bagian tak terpisahkan dari sistem adat dan struktur sosial masyarakat Sungai Penuh hingga kini.
3. Ciri Khas dan Pelaksanaan Tari Iyo-Iyo

a) Waktu dan Acara Pelaksanaan
Tari Iyo-Iyo umumnya ditampilkan pada malam hari setelah berlangsungnya upacara adat, misalnya setelah pengangkatan gelar adat atau panen raya. Waktu malam dianggap lebih sakral dan tenang, sehingga lebih tepat untuk acara ritual dan spiritual.
b) Penari dan Musik
Para penarinya terdiri dari wanita-wanita dewasa yang mengenakan pakaian adat Kerinci lengkap dengan hiasan kepala dan selendang berwarna cerah. Jumlah penari bisa mencapai belasan orang.
Musik pengiring terdiri dari alat perkusi tradisional seperti gendang, gong, dan gumbe. Suara gendang menjadi pengatur ritme gerakan, sementara gong memberi aksen sakral.
c) Gerakan dan Simbolisme
Gerakan Tari Iyo-Iyo bersifat lembut, mengalun, dan berulang-ulang, mencerminkan kesabaran serta keharmonisan. Biasanya dimulai dengan gerakan tangan ke atas sebagai simbol penghormatan kepada leluhur, diikuti gerak berputar perlahan sebagai lambang kehidupan yang berputar dan terus berlanjut.
Pada awal pertunjukan sering kali disertai atraksi silat oleh kaum laki-laki (hulu balang) sebagai penjaga kehormatan adat, kemudian barulah para wanita menari Iyo-Iyo. Kombinasi ini menunjukkan keseimbangan antara kekuatan dan kelembutan, antara pelindung dan penerus kehidupan.
4. Makna dan Nilai Budaya Tari Iyo-Iyo

a) Ungkapan Syukur
Makna utama dari Tari Iyo-Iyo adalah ungkapan rasa syukur. Baik atas panen, keberhasilan suatu acara adat, maupun pengangkatan pemimpin baru. Setiap gerakan adalah doa, setiap lantunan “iyo-iyo” adalah tanda kerelaan dan ketulusan hati masyarakat.
b) Penghormatan terhadap Leluhur dan Pemimpin Adat
Tarian ini menjadi media untuk menghormati roh para leluhur yang diyakini masih menyertai masyarakat. Selain itu, dalam konteks upacara adat, tarian ini juga menjadi bentuk penghormatan kepada Depati atau Ninik Mamak yang baru diangkat.
c) Identitas Komunal
Tari Iyo-Iyo memperkuat rasa kebersamaan dan solidaritas antarwarga. Karena biasanya ditampilkan secara massal, seluruh peserta ikut berpartisipasi dalam suasana meriah namun sakral.
d) Nilai Spiritual
Tarian ini juga memiliki nilai spiritual yang tinggi. Asap kemenyan dan doa-doa yang menyertainya menandakan komunikasi manusia dengan alam gaib atau leluhur. Dalam pandangan masyarakat adat, tarian ini membuka jalan bagi keberkahan dan keselamatan.
5. Tari Iyo-Iyo sebagai Identitas Kota Sungai Penuh
Di Kota Sungai Penuh, Tari Iyo-Iyo tidak sekadar menjadi pertunjukan seni, melainkan juga simbol identitas budaya masyarakat Kerinci.
Tarian ini sering ditampilkan dalam berbagai kegiatan budaya seperti Festival Kerinci, HUT Kota Sungai Penuh, serta acara penyambutan pejabat atau tamu kehormatan.
Bagi masyarakat setempat, Tari Iyo-Iyo adalah lambang kesatuan dan kebanggaan. Keindahan gerakannya mencerminkan kelembutan masyarakat Kerinci, sementara iringan musiknya menggambarkan semangat dan keteguhan hati.
Melalui tarian ini, nilai-nilai luhur adat istiadat Kerinci tetap hidup dan diwariskan kepada generasi muda.
6. Filosofi dan Nilai Moral dalam Tari Iyo-Iyo

Setiap gerakan dalam Tari Iyo-Iyo memiliki makna filosofis. Berikut beberapa nilai moral yang terkandung di dalamnya:
-
Kesabaran – Gerakan yang lembut mengajarkan agar setiap orang menghadapi kehidupan dengan ketenangan.
-
Kebersamaan – Gerakan dilakukan serempak melambangkan kerja sama dan persatuan.
-
Kehormatan – Setiap awal dan akhir gerakan disertai sikap hormat sebagai tanda penghargaan terhadap guru, leluhur, dan sesama.
-
Keikhlasan – Lantunan “iyo-iyo” menjadi simbol penerimaan dengan hati yang tulus terhadap takdir dan keputusan adat.
-
Keseimbangan Hidup – Kombinasi antara penari wanita dan atraksi silat pria melambangkan keseimbangan antara kelembutan dan kekuatan.
7. Tantangan dan Upaya Pelestarian Tari Iyo-Iyo
Tantangan
Seperti banyak seni tradisional lainnya, Tari Iyo-Iyo menghadapi sejumlah tantangan di era modern:
-
Menurunnya minat generasi muda untuk belajar tarian adat.
-
Kurangnya dokumentasi tertulis dan audio-visual sehingga banyak unsur tarian sulit dilestarikan.
-
Modernisasi dan globalisasi yang membuat budaya luar lebih dominan di kalangan remaja.
-
Terbatasnya dukungan dana dan fasilitas untuk kegiatan budaya di daerah.
Upaya Pelestarian
Berbagai langkah sudah dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah daerah Sungai Penuh, antara lain:
-
Mengajarkan Tari Iyo-Iyo di sekolah-sekolah melalui kegiatan ekstrakurikuler.
-
Mendirikan sanggar seni tradisional sebagai tempat pelatihan dan pembinaan generasi muda.
-
Mengadakan festival budaya tahunan yang menampilkan Tari Iyo-Iyo sebagai ikon utama.
-
Mendokumentasikan tarian dalam bentuk video dan tulisan agar dapat dipelajari lintas generasi.
-
Kolaborasi dengan seniman muda untuk mengemas Tari Iyo-Iyo dalam format pertunjukan modern tanpa menghilangkan nilai tradisi.
Dengan upaya tersebut, Tari Iyo-Iyo tidak hanya menjadi peninggalan masa lalu, tetapi juga bagian dari kehidupan masa kini yang terus berkembang.
8. Prospek dan Potensi Tari Iyo-Iyo untuk Pariwisata
Selain fungsi adat dan spiritual, Tari Iyo-Iyo memiliki potensi besar sebagai daya tarik wisata budaya. Banyak wisatawan lokal maupun mancanegara yang tertarik menyaksikan pertunjukan ini karena keindahan dan maknanya yang mendalam.
Pemerintah Kota Sungai Penuh dapat menjadikan Tari Iyo-Iyo sebagai ikon budaya daerah, dengan menampilkannya dalam event pariwisata, pameran seni, dan festival nasional. Hal ini tidak hanya akan memperkenalkan budaya Kerinci ke dunia, tetapi juga memberi manfaat ekonomi bagi masyarakat lokal.
9. Kesimpulan
Tari Iyo-Iyo di Sungai Penuh adalah cerminan jiwa masyarakat Kerinci yang religius, sopan, dan penuh rasa syukur.
Tarian ini tidak hanya memancarkan keindahan gerakan, tetapi juga nilai-nilai moral dan spiritual yang sangat dalam.
Dari sejarahnya sebagai tarian panen hingga menjadi bagian penting dalam upacara adat, Tari Iyo-Iyo membuktikan bahwa budaya tradisional memiliki kekuatan untuk menyatukan dan memperkaya kehidupan sosial.
Melestarikan Tari Iyo-Iyo berarti melestarikan akar budaya dan jati diri bangsa.
Generasi muda diharapkan tidak hanya menonton, tetapi juga ikut menari dan belajar agar seni ini terus hidup di masa depan.
FAQ (Pertanyaan yang Sering Diajukan)
1. Apa arti “Iyo-Iyo” dalam tarian tersebut?
“Iyo-Iyo” berarti “iya” atau “menyetujui”. Dalam konteks tarian, kata ini melambangkan persetujuan, penerimaan, dan penghormatan terhadap keputusan adat serta kehendak leluhur.
2. Dalam acara apa Tari Iyo-Iyo biasa dipentaskan?
Tari ini biasanya dipentaskan dalam acara adat seperti Kenduri Sko, pengangkatan pemimpin adat (Depati/Ninik Mamak), panen raya, dan penyambutan tamu kehormatan.
3. Siapa saja yang menari Tari Iyo-Iyo?
Umumnya penarinya adalah kelompok wanita yang disebut anak butino. Mereka mengenakan pakaian adat Kerinci berwarna cerah dan menari secara serempak dengan iringan musik tradisional.
4. Apakah Tari Iyo-Iyo hanya ada di Sungai Penuh?
Tari Iyo-Iyo merupakan tarian khas masyarakat Kerinci dan Kota Sungai Penuh, namun seiring waktu, tarian ini juga dikenal di beberapa wilayah sekitarnya di Provinsi Jambi.
5. Bagaimana cara belajar Tari Iyo-Iyo?
Anda dapat belajar melalui sanggar budaya atau komunitas seni di Sungai Penuh dan Kerinci. Beberapa sekolah juga mengajarkannya melalui kegiatan ekstrakurikuler.

